Internet Sebagai ‘Pusat Layanan Sumber Belajar’
Internet juga memunculkan cara pandang baru dalam melakukan aktivitas
harian. Pedagang dan pembeli kini tidak harus bertemu langsung. Sebab,
ada fitur layanan bernama e-commerce. Perdagangan barang melalui dunia
maya ini makin marak seiring makin amannya bertransaksi melalui
internet. Para siswa kini juga tidak harus mendatangi perpustakaan untuk
mendapatkan bahan bacaan. Berkat jasa besar dari mesin pencari (search
engine) seperti Google, para siswa cukup berselancar untuk mendapatkan
beragam informasi melalui internet. Inilah yang kemudian mendorong
munculnya e-education.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa
internet telah menjadi sumber informasi. Internet adalah pusat informasi
yang multi bidang. Semua aspek kehidupan baik yang berdampak positif
maupun negatif dapat diakses dan diperoleh dari internet. Karenanya,
pemanfaatan internet untuk pendidikan menjadi makin penting guna
mengarahkan siswa atau peserta didik agar menjadikan media tersebut
secara positif.
Popularitas e-education terus naik seiring
makin akrabnya kalangan pendidik untuk memanfaatkan internet sebagai
sumber belajar. Kondisi tersebut juga didukung oleh makin banyaknya
laman internet yang menyediakan layanan e-education. Situs e-education
ini ada yang disediakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas) maupun pihak swasta yang memiliki perhatian khusus untuk
mengembangkan layanan pendidikan virtual berbasis internet.
Pemanfaatan internet sebagai Pusat sumber belajar juga sejalan dengan
perubahan paradigma pendidikan yang terjadi saat ini. Dulu, guru menjadi
pusat instruksi (teacher-centered instruction). Kini, kondisinya
berubah menjadi siswa yang menjadi pusat instruksi (student- centered
instruction). Dahulu, guru berperan besar mengantarkan pesan kepada
siswanya. Sekarang, justru dikembangkan pertukaran pesan antara guru
dengan siswa dalam membahas materi pelajaran. Perubahan paradigma ini
juga dipengaruhi lahirnya teknologi multimedia yang mengganting cara
pengajaran lama yang hanya bermedia tunggal (single media).
Era
multimedia yang masuk ke ruang-ruang kelas telah menggeser papan tulis
dengan monitor komputer. Melalui monitor komputer yang terkoneksi
internet, guru dan siswa bisa menggali materi pengajaran dalam bentuk
teks, visual, dan audio. Pelan namun pasti, guru dan siswa makin
intensif berinteraksi dan mempertukarkan isi pikirannya. Interaksi
maupun dialog antara guru dengan siswa semacam ini dahulu sulit terjadi.
Penyebabnya, sang guru sibuk menuliskan materi ajar di papan tulis dan
para siswa menuliskannya di buku.
Era multimedia
Pemanfaatan internet sebagai sumber belajar bisa dipilah ke dalam 3
(tiga) tingkatan yakni: sederhana, menengah, dan tinggi. Pada tingkat
sederhana, unsur pembelajaran masih didominasi tatap muka. Hanya saja,
guru menyisipkan materi berupa file yang berbentuk soft copy baik itu
pdf, video, doc, dan lainnya sebagai bahan belajar mandiri. Penugasan
dari guru juga sudah mulai dikumpulkan menggunakan email.
Untuk
tingkatan menengah, unsur tatap muka mulai dikurangi prosentasenya,
beberapa materi diunggah (upload) di dunia maya. Guru juga menyediakan
referensinya. Tugas-tugas bagi siswa sudah diberikan melalui internet
melalui saluran e-mail, blog, dan lainnya. Para siswa juga diharuskan
mengumpulkan tugas-tugas tersebut lewat internet.
Pada tingkat
tinggi, penggunaan internet oleh guru dan siswa sudah makin optimal. Di
sini, guru dan siswa berinteraksi melalui Learning Management System
(LMS). Melalui LMS, proses pembelajaran sudah berada di dunia maya
secara penuh. Distribusi materi pembelajaran, bimbingan dan penugasan
sudah sepenuhnya menggunakan sarana LMS tersebut. Peran guru hanya
sebagai sutradara di dunia maya.
Di masa mendatang, pemanfaatan
LMS sebagai sarana pembelajaran akan semakin meluas. Hal ini tentu saja
akan sangat membantu tugas para guru dalam mendidik siswanya. Namun,
pertemuan tatap muka di kelas tetap harus ada sebagai bentuk kendali
antara pendidik dengan siswa yang dididik. Sebab, penggunaan LMS tidak
lantas menjadikan para siswa mandiri secara penuh. Pada tahap inilah,
pihak sekolah serta guru harus mampu mengelola waktu dan metode
pengajaran yang dinilai bisa menguntungkan siswa. Jangan sampai,
pemanfaatan internet sebagai sumber belajar malah menjadikan para guru
enggan atau kesulitan berinteraksi dengan siswanya secara verbal di
depan kelas.
Penting untuk disadari bahwa keberadaan internet
maupun LMS hanyalah sebagai pendukung dalam aktivitas pembelajaran dan
pengajaran. Sebagai makhluk sosial, guru maupun siswa tetap harus
memiliki ruang dan waktu untuk saling berinteraksi secara tatap muka.
Pemanfaatan internet sebagai Pusat sumber belajar juga bisa diartikan
sebagai perluasan daya jangkau manusia (the extension of man). Jadi,
melalui internet jarak yang jauh bisa didekatkan, dan beragam aneka
sumber bisa di ‘collect’ dengan mudah serta tugas-tugas bagi siswa bisa
didistribusikan secara personal dan mekanisme penilaian atas tugas juga
bisa lebih cepat diselesaikan.
Sejalan dengan hal di atas, para
guru tetap dituntut profesional dalam menjalankan tugasnya. Dengan
internet, para guru diharapkan mampu mentransfer ilmu lebih efektif dan
efesien kepada para siswanya. Dengan begitu, tujuan mulia pendidikan
akan tercapai dengan waktu relatif singkat tanpa harus mengeluarkan
biaya yang mahal. Guna mewujudkan hal tersebut, ada sejumlah tips yang
bisa dijadikan pegangan bagi para guru yakni:
Buatlah jadwal
khusus untuk bermain internet. Jadwal akan memaksa kita untuk melakukan
suatu kegiatan menjadi seefektif dan seefisiensi mungkin serta
mengurangi perilaku negatif yang akan membuat jadwal internet kita
menjadi membengkak. Kumpulkan, susun dan pilihlah kata kunci
spesifik yang akan kita gunakan dalam mencari sumber belajar. Maraknya
situs sampah akhir-akhir ini membuat proses pencarian menjadi sulit
ditemukan maka hindarilah menggunakan kata kunci umum untuk mencari
suatu sumber belajar. Belajar dan buatlah blog sebagai salah satu
catatan untuk menyimpan arsip-arsip dan atau sebagai administrasi dalam
menjalankan profesi guru. Pengarsipan administrasi dalam bentuk hardcopy
memiliki banyak kelemahan, diantaranya; a) memerlukan tempat yang
relatif luas, b) sulit dan lama jika ingin membuka-buka arsip lama, c)
Mudah hilang. Jika arsip tersebut disimpan pada media blog maka orang
lain juga berkesempatan untuk membaca sebagai bahan kajian mereka
ataupun sekedar referensi dan ikut membantu menemukan kekurangannya.
Bergabunglah di grup, forum atau milis guru sebagai sarana diskusi
antar para pendidik. Dengan begitu guru akan mudah untuk menyampaikan
masalah, pengalaman dan idenya selama menjalankan profesinya. Dan bahkan
mampu membuka wawasan guru tentang dunia pendidikan secara luas ketika
terhubung dengan guru-guru lain yang datang dari berbagai latar
permasalahan dan pengalaman. Buatlah review untuk siswa terhadap
suatu situs yang pernah guru kunjungi. Hal ini sangat bermanfaat bagi
guru atau pun siswa dalam belajar suatu materi yang mungkin saja hal itu
sangatlah sulit untuk disampaikan dikelas dan hanya mampu dijabarkan
melalui penelitian siswa sendiri dengan referensi yang kita berikan
melalui review situs yang guru berikan. Buatlah grup khusus mata
pelajaran yang guru ajarkan sebagai sarana diskusi bersama, hal ini
untuk memfasilitasi bagi siswa-siswa yang sulit mengungkapkan
permasalahnya secara langsung melalui pertanyaan dikelas atau untuk
menyelesaikan pertanyaan dan atau masalah yang kemudian ditemukan ketika
para siswa belajar diluar kelas. Manfaatkan kelebihan jejaring
sosial (facebook, twitter, youtube, dll) sebagai sarana memperluas dan
mengkoneksikan isu-isu pembelajaran penting yang pada pertemuan tatap
muka akan di bahas secara spesifik.
Semoga bermanfaat.
sumber : http://jardiknas.kemdiknas.go.id/index.p....artikel
|
Category: Komputer | Added by: armyrosi (01 December 2011)
|
Views: 327
| Rating: 0.0/0 |
|